Orang Bijaksana – The Wise
Seharusnya seseorang bertemu dengan orang bijaksana yang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahannya dan memberikan peringatan, seperti orang yang menunjukkan tempat tersimpannya harta karun. Dengan orang seperti itulah seharusnya seseorang bergaul. Pergaulan yang demikian itu akan membawa kebaikan, bukan kemerosotan.
Should one see a wise man,
Who, like a revealer of treasures,
Points out faults and reproved,
Let one associate with such a one,
Well is it, not ill, to associate with such a one.
(Dhammapada 76)
Sebaiknya seseorang menasehati, memberi petunjuk dan mencegah agar temannya tidak berbuat jahat; maka orang seperti itu akan disayangi oleh orang baik dan tidak disenangi/ dibenci orang jahat.
Let him adomonish, exhort,
And shield from wrong,
Truly, pleasing is he to the good,
Displeasing is he to the bad.
(Dhammapada 77)
Tidak berteman dengan teman-teman yang jahat, tidak bergaul dengan orang-orang jahat/ orang berbudi rendah, bertemanlah dengan teman-teman yang baik, bergaullah dengan orang-orang baik/ orang yang berbudi luhur.
Associate not with evil friends,
Associate not with mean men;
Associate with good friend;
Associate with noble men.
(Dhammapada 78)
Ia yang mengerti Dhamma hidup berbahagia dengan pikiran yang jernih dan tenang. Orang bijaksana selalu berbahagia dalam Dhamma yang telah dibabarkan oleh para Ariya.
He who imbibes the Dharma
Lives happily with the mind at rest.
The wise man ever delights
In the Dharma revealed by the Noble.
(Dhammapada 79)
Petugas irigasi mengatur aliran air sawah, pembuat panah meluruskan anak panah, tukang kayu membentuk dan membengkokkan kayu, orang bijaksana menggembleng dan mengendalikan pikiran diri sendiri.
Irrigators lead water,
Fletchers fashion shafts,
Capenters bend wood,
The wise tame themselves.
(Dhammapada 80)
Seperti batu karang yang tidak tergoyahkan oleh tiupan angin, demikian pula orang bijaksana tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan.
Even as solid rock
Is not shaken by the wind.
So do the wise remind unmoved
By praise or blame.
(Dhammapada 81)
Seperti air di laut yang dalam, jernih dan tidak bergelombang, demikian pula orang bijaksana menjadi tenang dan tentram batinnya setelah mendengarkan Dhamma.
Just as a lake, deep, clear, and still
Even so, on hearning the Dharma,
The wise become exceedingly peaceful.
(Dhammapada 82)
Orang yang suci dan bijaksana tidak melekat kepada apapun, tidak membicarakan hal-hal yang menyenangkan indria/ menginginkan keduniawian, orang suci dan bijaksana tetap tenang, tak tergoyahkan, tidak memperlihatkan sikap gembira ataupun kesedihan (bergejolak), batin tenang seimbang.
The good renounce everything
And do not speak hankering after desires.
Touched by sorrow or happiness,
The wise become neither elated nor depressed.
(Dhammapada 83)
Janganlah berbuat jahat untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain. Tidak menginginkan anak, kekayaan atau kedudukan, tidak menginginkan kemuliaan dengan cara yang salah/ tidak sesuai dengan Dhamma, demikianlah seseorang hidup sesuai dengan kenyataan, menembus pengertian benar dan berkelakuan baik (memiliki kesilaan, kebijaksanaan, dan teguh dalam Dhamma).
Neither for one’s own nor another’s sake
Should one commit any wrong,
Nor, by unjust means, should one desire
Sons, wealth, state or one’s own success.
He should be virtrous, wise, and righteous.
(Dhammapada 84)
Di antara umat manusia hanya sedikit yang berhasil yang berhasil mencapai Pantai Seberang. Sebagian besar umat manusia hanya berlari-lari hilir mudik di pantai sebelah sini.
Few are there among men
Who go to the further shore,
The rest of this mankind
Only run up and down the hither bank.
(Dhammapada 85)
Akan tetapi mereka yang melaksanakan Dhamma yang dibabarkan dengan jelas, akan menyeberangi alam kematian yang amat sulit diseberangi, menuju Pantai Seberang (Nibbana).
Those who conform themselves to the Dharma
That has been well-expunded
Those are they who will reach the further shore,
Crossing are they who will reach the further shore,
Crossing the realm of death, so hard to cross.
(Dhammapada 86)
Orang bijaksana melepaskan pandangan keliru (menanggalkan keadaan gelap/ kejahatan), dan menyempurnakan pandangan terang (mengembangkan pandangan terang/ kebajikan), meninggalkan hidup berkeluarga menjadi pertapa, hendaklah bergembira, hidup tenang dalam keheningan yang sulit untuk dapat dinikmati oleh orang awam.
Coming from home to the homeless
The wise should abandon dark state
And cultivate the bright.
He should seek great delight in solitude,
So hard to enjoy.
(Dhammapada 87)
Tidak melekat pada apapun juga, meninggalkan kenikmatan indria, tidak memiliki apapun juga, orang bijaksana membersihkan dirinya sendiri dari segala kekotoran batin.
Giving up sensual pleasures,
With no attachment,
The wise should cleanse himself
Of the impurities of the mind.
(Dhammapada 88)
Barangsiapa yang telah melatih pikirannya dengan baik dalam faktor-faktor Pencerahan, tidak melekat pada apapun, tidak tamak atau serakah, tanpa noda, bersinar terang, sesungguhnya telah mencapai Nibbana di dunia ini.
Whose minds are well perfected
In the Factors of Enlightenment,
Who without clinging, delight in detachment-
They, the corruption-free, radiant ones,
Have attained Nibbana in the Here-and-Now.
(Dhammapada 89)
https://www.instagram.com/p/CcKDhB4hT6y/?igshid=YmMyMTA2M2Y=