Orang Dungu/ Orang Bodoh/ Orang Sesat (The Fool)

 

Malam terasa lama bagi orang yang tidak bisa tidur,

satu mil terasa jauh bagi orang yang kelelahan.

Tumibal lahir terasa lama sekali bagi orang bodoh,

yang tidak mengenal Ajaran Sejati (Dhamma)

Long is the night to the wakeful,

Long is the mile to one who is weary,

Long is Samsara to the foolish

Who know not the true doctrine (Dharma).

(Dhammapada 60)

 

Apabila seorang pengembara tidak berhasil menemukan teman setara atau lebih baik kebajikannya daripada dirinya,

maka lebih baik ia mengembara seorang diri daripada ditemani/ bersahabat dengan orang bodoh/ orang sesat.

If, as he fares, he finds no companion

Who is better or equal,

Let him firmly pursue his solitary career,

There is no fellowship with the fool.

(Dhammapada 61)

 

“Aku mempunyai anak-anakku, aku memiliki kekayaan,”

demikianlah orang dungu berpikir menyusahkan dirinya.

Apabila diri sendiri bukan miliknya,

bagaimana mungkin anak dan kekayaan menjadi miliknya?

‘I have sons, I have wealth’

So thinks the fool and the troubled.

He himself is not own.

How then are sons, how wealth?

(Dhammapada 62)

 

Orang bodoh yang menyadari kebodohannya sendiri sesungguhnya orang yang bijaksana,

sedangkan orang bodoh yang sombong dan mengganggap dirinya bijaksana adalah orang yang sungguh-sungguh bodoh.

The fool aware of his/ her stupidity

Is in so far wise,

But the fool thinking him/ her self wise

Is called a fool indeed.

(Dhammapada 63)

 

Walaupun sepanjang usianya orang bodoh/ orang dungu bergaul/ hidup berdekatan dengan orang bijaksana,

ia tetap tidak mengerti/ tidak menembus Dhamma,

ibarat sendok sayur yang tidak dapat mencicipi cita-rasa makanan di dalam panci.

Though through all his/ her life

A fool associates with a wise man/ woman,

He/ she yet understands not the Dharma,

As the spoon, the flavour of soup.

(Dhammapada 64)

 

Meskipun hanya sebentar bergaul dekat dengan orang bijaksana,

orang pandai/ terpelajar dapat memahami/ menembus Dhamma,

ibarat lidah dapat menikmati rasa kuah/ makanan.

Though, for a moment only,

An intelligent man/ woman associates with a wise man/ woman

Quickly he/ she understands the Dharma,

As the tougue, the flavour of soup.

(Dhammapada 65)

 

Orang-orang bodoh/ sesat yang dangkal kebijaksanaannya memusuhi dirinya sendiri,

yaitu dengan melakukan perbuatan buruk yang akan membawa penderitaan bagi dirinya kelak.

Fools or little wit

Behave to themselves as enemies,

Doing evil deeds

The fruits whereof are bitter.

(Dhammapada 66)

 

Perbuatan-perbuatan buruk yang telah dilakukan akan menimbulkan penyesalan,

akibatnya akan diderita dengan ratap tangis dan wajah yang penuh dengan derai air mata

(perbuatan buruk itu merupakan karma buruk).

That deed is not well-done,

After doing which one feels remorse,

And the fruit whereof is received

With tears and lamentations.

(Dhammapada 67)

 

Tetapi perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan,

tidak akan mendatangkan penyesalan,

akibatnya akan dinikmati dengan kebahagiaan dan kegembiraan

(perbuatan baik itu merupakan karma baik).

Well-done is that deed

Which, done, bring no regret,

The fruit whereof is received

With delight and satisfaction.

(Dhammapada 68)

 

Apabila buah dari perbuatan buruk belum masak,

orang bodoh menganggap hidupnya manis seperti madu,

namun apabila buah dari perbuatan buruknya telah masak,

maka orang bodoh itu akan merasakan pahitnya penderitaan.

As sweet as honey the fool thinks an evil deed

So long as it does not bear fruit,

But when it ripens,

The fool comes to grief.

(Dhammapada 69)

 

Meskipun bulan demi bulan orang bodoh/ orang dungu menyiksa diri dengan hanya memakan sebilah rumput,

namun nilainya tidak lebih dari se-per-enambelas orang yang memahami Dhamma.

Month after month the fool may eat his food

With the tip of kusa grass,

Nonetheless he/ she is not worth the sixteenth part

Of those who have well understood the Dharma.

(Dhammapada 70)

 

Akibat dari perbuatan buruk tidak segera berbuah,

seperti susu yang perlahan-lahan menjadi asam setelah diperah;

Demikian pula penderitaan akan membakar orang bodoh

seperti bara api yang tertutup oleh abu (hasil pembakaran).

An evil deed committed

Does not immediately bear fruit;

Just as milk curdles not at once,

Smouldering like fire covered by ashes,

It follows the fool.

(Dhammapada 71)

 

Orang sesat/ orang bodoh/ orang dungu memperoleh pengetahuan dan kemasyhuran hanya untuk penghancuran semata.

Pengetahuan dan kemasyhuran itu membuat akal budinya jatuh rendah dan menghancurleburkan kebajikannya.

The fool gains knowledge

Only for his/ her ruin;

It destroys his/ her good actions

And cleaves his/ her head.

(Dhammapada 72)

 

Bhikkhu yang sesat mengharapkan kemasyhuran dan penghargaan yang tak pantas:

ingin menonjol di antara semua bhikkhu,

ingin berkuasa di vihara,

ingin mendapatkan pemujaan dari para perumah-tangga.

A foolish monk desires undue reputation,

Precedence among monks,

Authority in the monasteries,

Honour among other families.

(Dhammapada 73)

 

Para bhikkhu dan umat awam menyombongkan diri;

“Semua ini dikerjakan olehku, baik yang kecil maupun yang besar,

semuanya ini tergantung pada diriku”.

Pikiran yang bodoh ini menambah kebanggaan dan kecongkakannya.

‘Let both laymen and monks think,

By me only was this done,

In every work, great or small,

Let them refer to me.’

Such is the ambition of the fool;

His/ her desire and pride increase.

(Dhammapada 74)

 

Yang satu adalah jalan keduniawian,

yang lain adalah jalan ke Nibbana (Pembebasan Sejati).

Setelah menyadari hal ini, dengan jelas para bhikkhu siswa Sang Buddha tidak tergiur oleh penghormatan atau pujian,

tetapi berusaha untuk tidak melekat, hidup dalam ketenangan.

One is the way to worldly gain,

To Nibbana another leads,

Clearly realizing this,

The bhikkhu, discipline of the Buddha,

Should not delight in worldly favour,

But devote him/herself to solitude.

(Dhammapada 75)

 

https://belajarbarengdhamma.com/

 

https://www.instagram.com/p/CcKDhB4T6y/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

 

Mungkin Anda juga menyukai